MEMAKNAI KEMBALI TUJUAN DARI PMII

Oleh : Akhmad Sugiyono
“Terbentuknya pribadi muslim indonesia yang bertaqwa kepada Allah SWT, berbudi luhur , berilmu, cakap dan bertanggung jawab mengamalkan ilmunya dan komitmen memperjuangkan cita-cita kemerdekaan Indonesia”
Tujuan dari PMII diatas tertuang dalam AD/ART PMII bab IV. Selama ini ternyata tidak sedikit yang tidak tahu apa itu tujuan dari PMII, terutama bagi anggota/kader muda PMII yang baru masuk atau mengikuti Mapaba. Terbesit pertanyaan dengan ketidaktahuan akan tujuan dari PMII,” untuk apa masuk PMII apabila tujuannya saja tidak tahu?” dan “ sejauh mana nilai-nilai dari PMII mampu menginternalisasi anggota/kader jika tujuannya saja kita tidak paham?”. Sebelum pertanyaan tersebut terjawab ada baiknya kita memaknai kembali tujuan dari PMII tersebut.

1. Pribadi muslim Indonesia yang bertaqwa kepada Allah SWT.
Pribadi muslim yang dimaksud adalah generasi muda yang sedang menempuh pendidikan di perguruan tinggi (mahasiswa) yang mempunyai keyakinan hubungan transenden dalam bentuk ketaqwaan terhadap Allah SWT. Bentuk ketaqwaan tersebut dapat tercermin dari tingkah laku dan perbuatan sehari-hari yang masih mengikuti ajaran-ajaran Al-Qur’an dan As-Sunnah.
2. Berbudi luhur
Budi berarti kemampuan seseorang untuk dapat membedakan mana yang benar dan mana yang salah. Luhur sendiri mempunyai arti kemampuan menghasilkan cipta, rasa, karsa dan karya yang berkualitas tinggi. Maka dari itu berbudi luhur mengandung pengertian kemampuan mencipta, rasa, karsa dan karyanya yang selalu ditujukan untuk kebermanfaatan orang lain dan lingkungan tanpa merugikannya.
3. Berilmu
Arti dari berilmu adalah mempunyai ilmu ; berpengetahuan ; pandai. Kebalikan dari berilmu adalah kebodohan, untuk itu kepada setiap manusia diwajibkan untuk menuntut ilmu agar terhindar dari kebodohan, karena kebodohan salah satu penyebab utama manusia terjerumus kedalam kemaksiatan, kemusyrikan, kemiskinan bahkan kekafiran. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda “ Menuntut Ilmu merupakan kewajiban bagi setiap muslim” (HR. Ibnu Majah, no.224, dishahihkan oleh Syeikh Al-Albani didalam Shahih Ibn Majah)
4. Cakap
Cakap adalah kemampuan dan kepandaian untuk mengerjakan sesuatu. Di era yang semakin cepat perkembangannya maka manusia saat ini dituntut untuk mampu mengerjakan segala sesuatunya, syarat yang harus dipenuhi agar kemampuan itu dimiliki adalah kepandaian dari manusia tersebut.
5. Bertanggung jawab mengamalkan ilmunya
Tujuan pokok dari menuntut ilmu adalah mengamalkannya, untuk itu bagi setiap pribadi muslim yang menuntut ilmu berkewajiban dan bertanggung jawab mengamalkannya. Mengamalkan ilmu juga menjadi pertanda atas nikmat Allah SWT berupa ilmu yang dengannya Allah SWT akan menambahkan ilmu sebagai tambahan nikmat atasnya. “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti kami akan menambah (nikmat) kepadamu” (QS. Ibrahim:7).
6. Komitmen memperjuangkan cita-cita kemerdekaan Indonesia
Indonesia hadir dan ada berkat perjuangan para pendahulu dalam merebut kemerdekaan, kemerdakaan itu tidak direbut dengan mudah tapi dengan tetesan darah para pejuang bangsa. Dalam rangka menghormati para pendahulu kita hal yang bisa dilakukan oleh generasi muda saat ini adalah berkomitmen untuk memperjuangkan cita-cita kemerdekaan yaitu dengan mempertahankan kedaulatan NKRI dan membangun Indonesia menjadi lebih baik lagi dari sebelumnya.

Setelah memaknai kembali tujuan dari PMII di atas, sebaiknya kita sebagai anggota/kader PMII mulai merefleksikan diri, apakah tujuan itu sudah tercapai pada anggota/ kader kita selama ini? Setidaknya tujuan tersebut yang tercitrakan dalam kader ulul albab mampu menginternalisasi pola berfikir dan bertindak kita sebagai seorang warga pergerakan PMII.

Ironis ketika melihat realitas yang terjadi ditingkatan anggota/ kader yang paling bawah dan masih di bawah naungan setingkat lembaga rayon saat ini, ternyata kenyataan yang ada sangat jauh dari harapan tujuan dari PMII itu sendiri. Terbentuknya pribadi muslim indonesia yang bertaqwa kepada Allah SWT masih sangat jauh harapan yang ada. Nuansa religi yang seharusnya menjadi atmosfer berorganisasi hanya menjadi isapan jempol belaka, ditambah lagi dengan perilaku yang ditunjukan selama ini masih jauh dari nuansa keislaman yang ada. Malah sempat terlontar dari tokoh NU bahwa PMII itu adalah “anak nakal” yang pernah terlahir dari rahim ormas terbesar di negeri ini. Dilihat dari pengertian berbudi luhur di atas masih belum banyak kader PMII yang mampu mencipta, rasa, karsa dan karya untuk kebermanfaatan masyarakat dan lingkungannya. Kita masih sibuk dengan ego diri sendiri, apatis dan bergaya hidup hedon yang intinya lebih untuk kesenangan pribadi belaka. Rasa kepedulian, empati dan kebersamaan semakin luntur diantara kita seiring dengan perkembangan zaman. Berilmu yang menjadi tuntutan utama kita sebagai mahluk Allah SWT agar terhindar dari kebodohan pun menjadi formalitas tersendiri bagi kita dalam menjalani hidup. Menuntut ilmu tidak hanya dalam ranah akademis saja yang dibutuhkan oleh anggota/ kader PMII tetapi di luar itu juga menjadi sesuatu yang penting, semakin turunnya budaya literasi di tingkatan rayon salah satu indikasi bahwasanya menuntut ilmu itu bukan lagi hal yang terpenting. Anggota/ kader yang bisa dikatakan cakap pun masih sedikit pesimis atau kurang percaya diri akan kapasitas intelektualnya sehingga ruang-ruang publik yang ada pun belum mampu dimanfaatkan oleh kader yang bersangkutan sebagai ruang yang dialektis. Arus teknologi yang memanjakan ditambah dengan virus apatisme, egoisme dan hedonisme tadi menyebabkan anggota/ kader terkungkung pada sekat-sekat individual belaka, kita jadi malas belajar dan jauh dari harapan kepandaian yang ada. Bagaimana kita mampu mengerjakan segala sesuatu jika kepandaian saja tidak mampu kita capai?. Setiap pribadi muslim bertanggung jawab mengamalkan ilmunya, dalam konteks kaderisasi ada kader ada pengkader, kader mempunyai hak untuk mendapat ilmu/ pengetahuan dan pengkader berkewajiban mentransformasikan ilmu/ pengetahuan kepada kadernya. Hubungan pengkader dengan kader selama ini mulai berkurang, selain disebabkan semakin minimnya jumlah pengkader juga semakin menurunnya kesadaran akan tanggung jawab mereka sebagai seorang pengkader yaitu transformasi ilmu atau mengamalkan ilmunya. Dan terakhir komitmen memperjuangkan cita-cita kemerdekaan Indonesia, anggota/ kader yang ada saat ini, rasa nasionalismenya semakin terkikis oleh gerusan zaman, budaya-budaya asing yang semakin lama semakin besar masuk di negeri ini ternyata mampu merubah pola pikir generasi muda untuk hidup dengan cara-cara instan, sehingga banyak berbagai macam persoalan yang harus diselesaikan dengan cara instan juga. Bagaiamana membangun bangsa ini jika generasinya selalu berfikir instan.

Melihat realitas yang terjadi ditengah-tengah anggota/kader kita yang berproses di level rayon dapat tercermin sikap dan tindakan yang jauh dari tujuan dari PMII itu sendiri, bahwa kondisi ke-kini-an rayon saat ini ada yang sakit di dalam tubuhnya, di dalam tubuh itu sendiri terdapat berbagai macam organ-organ (Pengurus, kader/anggota, alumni pengurus) yang harus segera dicari bentuk penyakitnya dan segera di obati untuk disembuhkan. Perlu segera ada perubahan mendasar agar tujuan dari PMII mampu segera terwujud. Momentum Rapat Tahunan Anggota Rayon (RTAR) merupakan media yang paling tepat dijadikan ajang perubahan menjadi lebih baik lagi, di jadikan ajang untuk menyembuhkan penyakit agar tidak semakin menjalar yang nantinya mengancam keberlangsungan hidup organisasi ini yaitu PMII Rayon Ekonomi Universitas Jember, selamat ber-RTAR ke XXVII dan Salam Pergerakan...

0 komentar:

Posting Komentar