“Terbentuknya
pribadi muslim indonesia yang bertaqwa kepada Allah SWT, berbudi luhur
, berilmu, cakap dan bertanggung jawab mengamalkan ilmunya dan
komitmen memperjuangkan cita-cita kemerdekaan Indonesia”
Tujuan
dari PMII diatas tertuang dalam AD/ART PMII bab IV. Selama ini ternyata
tidak sedikit yang tidak tahu apa itu tujuan dari PMII, terutama bagi
anggota/kader muda PMII yang baru masuk atau mengikuti Mapaba. Terbesit
pertanyaan dengan ketidaktahuan akan tujuan dari PMII,” untuk apa masuk
PMII apabila tujuannya saja tidak tahu?” dan “ sejauh mana nilai-nilai
dari PMII mampu menginternalisasi anggota/kader jika tujuannya saja kita
tidak paham?”. Sebelum pertanyaan tersebut terjawab ada baiknya kita
memaknai kembali tujuan dari PMII tersebut.
1. Pribadi muslim Indonesia yang bertaqwa kepada Allah SWT.
Pribadi muslim yang dimaksud adalah generasi muda yang sedang menempuh
pendidikan di perguruan tinggi (mahasiswa) yang mempunyai keyakinan
hubungan transenden dalam bentuk ketaqwaan terhadap Allah SWT. Bentuk
ketaqwaan tersebut dapat tercermin dari tingkah laku dan perbuatan
sehari-hari yang masih mengikuti ajaran-ajaran Al-Qur’an dan As-Sunnah.
2. Berbudi luhur
Budi berarti kemampuan seseorang untuk dapat membedakan mana yang benar
dan mana yang salah. Luhur sendiri mempunyai arti kemampuan
menghasilkan cipta, rasa, karsa dan karya yang berkualitas tinggi. Maka
dari itu berbudi luhur mengandung pengertian kemampuan mencipta, rasa,
karsa dan karyanya yang selalu ditujukan untuk kebermanfaatan orang lain
dan lingkungan tanpa merugikannya.
3. Berilmu
Arti dari
berilmu adalah mempunyai ilmu ; berpengetahuan ; pandai. Kebalikan dari
berilmu adalah kebodohan, untuk itu kepada setiap manusia diwajibkan
untuk menuntut ilmu agar terhindar dari kebodohan, karena kebodohan
salah satu penyebab utama manusia terjerumus kedalam kemaksiatan,
kemusyrikan, kemiskinan bahkan kekafiran. Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda “ Menuntut Ilmu merupakan kewajiban bagi setiap
muslim” (HR. Ibnu Majah, no.224, dishahihkan oleh Syeikh Al-Albani
didalam Shahih Ibn Majah)
4. Cakap
Cakap adalah kemampuan dan
kepandaian untuk mengerjakan sesuatu. Di era yang semakin cepat
perkembangannya maka manusia saat ini dituntut untuk mampu mengerjakan
segala sesuatunya, syarat yang harus dipenuhi agar kemampuan itu
dimiliki adalah kepandaian dari manusia tersebut.
5. Bertanggung jawab mengamalkan ilmunya
Tujuan pokok dari menuntut ilmu adalah mengamalkannya, untuk itu bagi
setiap pribadi muslim yang menuntut ilmu berkewajiban dan bertanggung
jawab mengamalkannya. Mengamalkan ilmu juga menjadi pertanda atas nikmat
Allah SWT berupa ilmu yang dengannya Allah SWT akan menambahkan ilmu
sebagai tambahan nikmat atasnya. “Sesungguhnya jika kamu bersyukur,
pasti kami akan menambah (nikmat) kepadamu” (QS. Ibrahim:7).
6. Komitmen memperjuangkan cita-cita kemerdekaan Indonesia
Indonesia hadir dan ada berkat perjuangan para pendahulu dalam merebut
kemerdekaan, kemerdakaan itu tidak direbut dengan mudah tapi dengan
tetesan darah para pejuang bangsa. Dalam rangka menghormati para
pendahulu kita hal yang bisa dilakukan oleh generasi muda saat ini
adalah berkomitmen untuk memperjuangkan cita-cita kemerdekaan yaitu
dengan mempertahankan kedaulatan NKRI dan membangun Indonesia menjadi
lebih baik lagi dari sebelumnya.
Setelah memaknai kembali
tujuan dari PMII di atas, sebaiknya kita sebagai anggota/kader PMII
mulai merefleksikan diri, apakah tujuan itu sudah tercapai pada anggota/
kader kita selama ini? Setidaknya tujuan tersebut yang tercitrakan
dalam kader ulul albab mampu menginternalisasi pola berfikir dan
bertindak kita sebagai seorang warga pergerakan PMII.
Ironis
ketika melihat realitas yang terjadi ditingkatan anggota/ kader yang
paling bawah dan masih di bawah naungan setingkat lembaga rayon saat
ini, ternyata kenyataan yang ada sangat jauh dari harapan tujuan dari
PMII itu sendiri. Terbentuknya pribadi muslim indonesia yang bertaqwa
kepada Allah SWT masih sangat jauh harapan yang ada. Nuansa religi yang
seharusnya menjadi atmosfer berorganisasi hanya menjadi isapan jempol
belaka, ditambah lagi dengan perilaku yang ditunjukan selama ini masih
jauh dari nuansa keislaman yang ada. Malah sempat terlontar dari tokoh
NU bahwa PMII itu adalah “anak nakal” yang pernah terlahir dari rahim
ormas terbesar di negeri ini. Dilihat dari pengertian berbudi luhur di
atas masih belum banyak kader PMII yang mampu mencipta, rasa, karsa dan
karya untuk kebermanfaatan masyarakat dan lingkungannya. Kita masih
sibuk dengan ego diri sendiri, apatis dan bergaya hidup hedon yang
intinya lebih untuk kesenangan pribadi belaka. Rasa kepedulian, empati
dan kebersamaan semakin luntur diantara kita seiring dengan perkembangan
zaman. Berilmu yang menjadi tuntutan utama kita sebagai mahluk Allah
SWT agar terhindar dari kebodohan pun menjadi formalitas tersendiri bagi
kita dalam menjalani hidup. Menuntut ilmu tidak hanya dalam ranah
akademis saja yang dibutuhkan oleh anggota/ kader PMII tetapi di luar
itu juga menjadi sesuatu yang penting, semakin turunnya budaya literasi
di tingkatan rayon salah satu indikasi bahwasanya menuntut ilmu itu
bukan lagi hal yang terpenting. Anggota/ kader yang bisa dikatakan
cakap pun masih sedikit pesimis atau kurang percaya diri akan kapasitas
intelektualnya sehingga ruang-ruang publik yang ada pun belum mampu
dimanfaatkan oleh kader yang bersangkutan sebagai ruang yang dialektis.
Arus teknologi yang memanjakan ditambah dengan virus apatisme, egoisme
dan hedonisme tadi menyebabkan anggota/ kader terkungkung pada
sekat-sekat individual belaka, kita jadi malas belajar dan jauh dari
harapan kepandaian yang ada. Bagaimana kita mampu mengerjakan segala
sesuatu jika kepandaian saja tidak mampu kita capai?. Setiap pribadi
muslim bertanggung jawab mengamalkan ilmunya, dalam konteks kaderisasi
ada kader ada pengkader, kader mempunyai hak untuk mendapat ilmu/
pengetahuan dan pengkader berkewajiban mentransformasikan ilmu/
pengetahuan kepada kadernya. Hubungan pengkader dengan kader selama ini
mulai berkurang, selain disebabkan semakin minimnya jumlah pengkader
juga semakin menurunnya kesadaran akan tanggung jawab mereka sebagai
seorang pengkader yaitu transformasi ilmu atau mengamalkan ilmunya. Dan
terakhir komitmen memperjuangkan cita-cita kemerdekaan Indonesia,
anggota/ kader yang ada saat ini, rasa nasionalismenya semakin terkikis
oleh gerusan zaman, budaya-budaya asing yang semakin lama semakin besar
masuk di negeri ini ternyata mampu merubah pola pikir generasi muda
untuk hidup dengan cara-cara instan, sehingga banyak berbagai macam
persoalan yang harus diselesaikan dengan cara instan juga. Bagaiamana
membangun bangsa ini jika generasinya selalu berfikir instan.
Melihat realitas yang terjadi ditengah-tengah anggota/kader kita yang
berproses di level rayon dapat tercermin sikap dan tindakan yang jauh
dari tujuan dari PMII itu sendiri, bahwa kondisi ke-kini-an rayon saat
ini ada yang sakit di dalam tubuhnya, di dalam tubuh itu sendiri
terdapat berbagai macam organ-organ (Pengurus, kader/anggota, alumni
pengurus) yang harus segera dicari bentuk penyakitnya dan segera di
obati untuk disembuhkan. Perlu segera ada perubahan mendasar agar tujuan
dari PMII mampu segera terwujud. Momentum Rapat Tahunan Anggota Rayon
(RTAR) merupakan media yang paling tepat dijadikan ajang perubahan
menjadi lebih baik lagi, di jadikan ajang untuk menyembuhkan penyakit
agar tidak semakin menjalar yang nantinya mengancam keberlangsungan
hidup organisasi ini yaitu PMII Rayon Ekonomi Universitas Jember,
selamat ber-RTAR ke XXVII dan Salam Pergerakan...
0 komentar:
Posting Komentar