MENYELAMATKAN KETAHANAN PANGAN KABUPATEN JEMBER (Hari Pangan se-Dunia, 16 Oktober)

Oleh : Akhmad Sugiyono

Dua hari lalu di rumah biru kedatangan beberapa aktivis dari organ kemahasiswaan lain, di sela-sela diskusi terkait kaderisasi dan gerakan sempat ada isu menarik terkait dengan lokalitas kota jember yang terlontar dari sahabat-sahabat aktivis kita tersebut yaitu adanya rencana darp pemerintah jember yang akan mengkonversi lahan pertanian menjadi industri di kota jember ini. Sepeti yang di ungkapkan oleh bupati MZA Djalal sendiri selaku bupati Jember bahwa akan mengubah rencana tata ruang wilayah (RTRW) Kabupaten Jember, Jawa Timur, habis-habisan menjadi daerah industri. Daerah industri lebih menjanjikan kesejahteraan. MZA Djalal merasa, selama ini daerah agraris seperti Jember diperlakukan tak adil oleh pemerintah pusat. Dalam kerangka RTRW nasional dan provinsi, Jember adalah daerah agraria dan lumbung padi nasional. Namun selama menjadi daerah agraria, ekonomi Jember tidak bisa tumbuh cepat dan kalah dibandingkan daerah lain yang menjadi basis industri dan jasa (Berita jatim, 13 Oktober 2012).
Disisi lain permasalahan ketahanan pangan di negeri ini semakin kronis, dan permasalahan tersebut selalu berputar pada permasalahan permasalahan seperti ketergantungan impor pangan, penurunan jumlah petani, berkurangnya lahan, anomali cuaca, minimnya penggunaan teknologi di bidang pertanian, dan menurunnya investasi di bidang pertanian dan perikanan. Baru-baru ini masalah yang paling santer muncul adalah turunnya produksi kedelai di negeri ini yang menyebabkan pemerintah mengimpor kedelai dari negera-negara seperti Brazil, Amerika Serikat dan negara-negara lainnya, sejalan dengan itu serangan anomali cuaca juga memperburuk keadaan yang menyebabkan negara pemasok kedelai tersebut menaikan harga jual kedelai, sehingga harga jual kedelai dalam negeri juga naik. Ditambah lagi dengan permainan para tengkulak yang menyebabkan petani kedelai dalam negeri semakin merugi dan mengalami penurunan jumlah petani kedelai. Kasus-kasus sebelumnya pun hampir sama dengan produk yang berbeda, seperti garam, beras, dan bahan-bahan pangan lainnya. Menjadi bahan kajian bersama ketika negeri ini dianggap “gagal” mempertahankan ketahanan pangan nasionalnya, padahal negeri yang mempunyai julukan gemah ripah loh jinawe dengan kekayaan potensi alamnya yang melimpah, dan sudah seharusnya negeri ini menjadi negeri swasembada pangan malah bisa menjadi negeri ekportir pangan dunia. Ironisnya semua itu hanya menjadi kontradiksi belaka negeri ini lemah dalam ketahanan pangan.

Mengurai permasalahan ketahanan pangan diatas , ketika kita tarik mata rantainya selain faktor anomali cuaca, ketergantungan impor pangan, minimnya investasi, rendahnya penggunaan teknologi di bidang pertanian. Faktor yang juga besar ikut andil menjadi penyebab krisis ketahanan pangan adalah berkurangnya lahan pertanian di negeri ini, konversi lahan pertanian ke nonpertanian di Indonesia akan semakin meningkat dengan rata-rata 30.000-50.000 ha per tahun, yang diperkirakan jumlah petani gurem telah mencapai sekitar 12 juta orang (Badan Pusat Statistik,2003) di saat bersamaan semakin bertambahnya jumlah penduduk juga semakin mempersempit lahan pertanian yang ada, efek yang terjadi adalah menurunnya produksi pangan dalam negeri. Disinilah tantangan akan ketahanan pangan terjadi.

Berangkat dari permasalahan itulah, muncul pertanyaan ketika bupati Jember MZA djalal mewacanakan akan mengkonversi lahan pertanian menjadi industri dengan mengubah RT/RW Jember secara revolusioner dengan alibi mensejahterakan rakyat. “Apakah menjadi keputusan tepat bahwasannya Jember yang merupakan daerah agraris harus diubah menjadi daerah industri?” maka yang terjadi Jember merupakan salah satu kota yang turut serta menjadi penyumbang faktor gagalnya ketahanan pangan di negeri ini, negeri yang subur dan makmur (seharusnya). Warisan apa yang akan diberikan kepada anak cucu kita jika hal tersebut terjadi? Layak untuk dikaji kembali wacana konversi lahan pertanian tersebut, sebelum kita salah melangkah. Selamatkan ketahan pangan kotaku, kota jember terbina...

0 komentar:

Posting Komentar