Seluruh Asumsi Makro 2012 Meleset dari Target

Menteri Keuangan Agus Marto Wardojo (tengah), didampingi Wakil Menteri Keuangan Anny Ratnawati dan Mahendra Siregar (kanan) memberikan penjelasan kepada wartawan di Jakarta, Senin (7/1/2013). Agus antara lain menjelaskan mengenai penyerapan APBN-P 2012 dan kondisi neraca perdagangan.
JAKARTA, KOMPAS.com — Gejolak ekonomi global rupanya berdampak pada kondisi makro Indonesia. Akibat guncangan ekonomi global, seluruh asumsi dasar ekonomi makro dalam APBNP 2012 meleset dari target.
Menteri Keuangan Agus Martowardojo mengungkapkan, realisasi pertumbuhan ekonomi tahun 2012 sepertinya hanya akan mencapai 6,3 persen atau lebih rendah ketimbang asumsi yang dipatok dalam APBNP 2012 yang sebesar 6,5 persen. Sementara itu, realisasi inflasi hanya sebesar 4,3 persen atau lebih rendah dari asumsi yang dipatok dalam APBNP 2012 sebesar 6,8 persen.

Wakil Menteri Keuangan Anny Ratnawati menambahkan, tak seperti tahun 2011 lalu yang realisasi pertumbuhan ekonominya bisa mencapai 6,5 persen, realisasi pertumbuhan ekonomi 2012 diperkirakan hanya 6,3 persen. " (Penyebabnya) ada koreksi di net ekspor kita yang mengalami penurunan," katanya, Senin (7/12/2013).

Ia menambahkan, kenaikan investasi yang terjadi pada tahun 2012 juga berdampak pada tingginya impor bahan baku/penolong dan impor barang modal. Karena itu, Anny mengatakan, ke depan, pemerintah perlu melihat keterkaitan investasi terhadap penguatan sektor industri sehingga pengembangan investasi ke depan perlu memperhatikan ketersediaan komponen bahan baku di dalam negeri.

Pelaksana tugas (Plt) Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Bambang Brodjonegoro menambahkan, realisasi pertumbuhan ekonomi yang hanya 6,3 persen salah satunya disebabkan oleh rendahnya penyerapan belanja modal pemerintah. "Kalau belanja modal bisa diserap dengan baik, pendapat kami, pertumbuhan ekonomi minimal bisa mencapai 6,4 persen-6,5 persen pada tahun 2012," ungkapnya.

Catatan saja, hingga akhir tahun, realisasi belanja modal hanya sebesar Rp 140,2 triliun atau 79,6 persen dari pagu APBNP 2012 yang sebesar Rp 176,1 triliun. Padahal, pada tahun 2011 lalu, realisasi belanja modal bisa mencapai 83,6 persen dari pagu anggarannya dalam APBNP 2011.

Agus menambahkan, realisasi nilai tukar rupiah juga meleset dari asumsi. Dalam APBNP 2012, pemerintah mematok asumsi nilai tukar sebesar Rp 9.000 per dollar AS, tetapi realisasinya meleset menjadi Rp 9,384 per dollar AS. Sepanjang tahun 2012, nilai tukar rupiah terdepresiasi sekitar 6,9 persen dibanding rata-rata tahun sebelumnya yang sebesar Rp 8.779 per dollar AS.

Suku bunga SPN 3 bulan realisasinya hanya 3,2 persen lebih rendah dari asumsinya yang sebesar 5 persen. Sementara itu, realisasi harga minyak mentah Indonesia alias ICP meleset menjadi 112,7 dollar AS per barrel, lebih tinggi dari asumsi APBNP 2012 yang sebesar 105 dollar AS per barrel. "Lifting minyak mentah juga meleset menjadi 861.000 barrel per hari, lebih rendah dari asumsi APBNP 2012 yang sebesar 930.000 barrel per hari," kata Agus.
Sumber : kompas.com

0 komentar:

Posting Komentar