Oleh : Herlambang
Facebook : embang21@rocketmail.com
Globalisasi telah merambah Indonesia, dengan segala efeknya entah itu efek yang baik atau efek yang buruk. Globalisasi sendiri terdiri dari globalisasi ekonomi, globalisasi budaya dan globalisasi politik. Ditambah lagi mulai merasuknya moderenisme di Indonesia. Dengan kombinasi hal ini, Indonesia haruslah siap dengan segala tindakan yang ada. Bertindak secara sadar akan kondisi realitas, penyesuaian dengan kondisi yang timbul dari tantangan dewasa ini, serta membuat sebuah rumusan kritis yang aplikatif adalah hal yang dibutuhkan. Dalam artikel ini akan membahas solusi dengan perumusan paradigma pemasaran berbasis konsumerisme yang terbagi menjadi green marketing, culturals marketing dan nationlism marketing.
Globalisasi ; Geoekonomi dan Geopolitik Global
BRICS menjadi icon penting dalam pembahasan globalisasi dewasa ini. Kumpulan negara yang menjadi penyumbang jumlah 40% dari total penduduk dunia ini menjadi penantang tangguh dari negara-negara "barat" dengan Amerika Serikat(AS) yang merupakan negara adidaya tunggal (sejak runtuhnya Uni Soviet) turut didalamnya. BRICS yang terdiri dari Brazil, Russia, India, China dan South Africa telah mengubah tatanan global hari ini. China selaku anggota didalamnya saat ini telah menjadi kekuatan ekonomi nomor dua setelah AS. Dengan pertumbuhan ekonomi yang mencengangkan, diperkirakan tak berapa lama lagi akan menyalip AS. Sejalanya dengan krisis yang terjadi di AS pada tahun 2008, juga masih sakitnya kondisi perekonomian Euro yang didalamnya terdapat negara-negara ekonomi kuat, perekonomian di Asia masih tumbuh dan sedang mengalami percepatan. BRICS menguat sementara G-8 sedang mengalami pelambatan pertumbuhan ekonomi. Tercatat sejak ledakan krisis keuangan, BRICS, dengan kekuatan yang mampu menahan guncangan dari beberapa kali krisis ekonomi dunia dan muncul lebih kuat lagi dari sebelumnya, telah serius menarik perhatian dunia. Sebuah laporan Goldman Sachs pada tahun 2009 menunjukkan bahwa, sejak awal krisis keuangan global tahun 2008, 45 persen dari pertumbuhan global datang dari BRIC (Masa sebelum Afrika Selatan masuk). Menurut IMF, BRICS yang merupakan lebih dari seperempat dari luas daratan dunia, diperkirakan memiliki PDB nominal gabungan sebesar 13,6 triliun dolar AS pada tahun 2011, akuntansi untuk 19,5 persen dari total dunia.
Tahun 2012, AS memperkuat pangkalan militernya di Darwin. Hal ini dilakukan melihat Geopolitik yang sendang berlangsung di Asia Pasifik. China yang telah maju ekonominya, menerapkan kebijakan melinierkan kemajuan ekonomi dengan kemajuan militernya. China telah memperkuat militernya, dengan tumpuan ekonomi yang kuat dibantu dengan partnernya, Russia telah menjadi negara yang berkekuatan besar di Asia. Terbukti dengan tanpa segan berusaha memperluas wilayahnya dengan mencaplok wilayah negara tetangganya, entah itu dengan Jepang, Vietnam ataupun Filipina.
Indonesia sendiri berada didalam arus globalisasi. Selatan Indonesia terdapat Australia yang merupakan persemakmuran Inggris beserta Darwin yang menjadi pangkalan militer penting bagi AS, utara Indonesia berdiri China sebagai kekuatan besar baru global yang sedang membangun kekuatan militernya. Indonesia yang merupakan negara terluas di ASEAN dengan jumlah penduduk terbanyak keempat serta sebagai negara dengan keanekaragaman hayati nomor tiga dunia tengah berada di areal geopolitik penting global. Namun, terlepas dari geopolitik yang ada. Geoekonomilah yang nyata berpengaruh besar. Seperti yang telah diketahui bahwa China besar saat ini karena ledakan pertumbuhan ekonominya. Indonesia saat ini telah tergabung kedalam ACFTA, sebuah perjanjian ekonomi negara-negara ASEAN dengan China. Sehingga dengan demikian Indonesia telah menghadapi tantangan geoekonomi yang besar.
Revolusi perekonomian China yang dianggap sebuah kejutan bagi pihak "barat", karena adalah sebuah hal aneh sebuah perekonomian dapat maju tanpa adanya kesinergitasan antara demokrasi dan pasar bebas. Namun, China mengubah mainstream yang ada, dengan tetap menjalankan kapitalisme tanpa meninggalkan sistem politik yang komunis. Dengan produk yang dihasilkan begitu murah, dengan kualitas yang cukup mumpuni, produk-produk China membanjiri dunia, secara khusus di Indonesia. Seperti sebuah dongeng yang disampaikan oleh ayah saya antara perbedaan pedagang Jawa dan pedagang China, pedagang-pedagang China lebih memilih menjual murah namun banyak yang artinya mengutamakan kuantitas daripada kualitas, sedangkan Jawa memilih menjual sedikit namun mahal yang artinya mengutamakan kualitas daripada kuantitas. Hal ini pun berlaku saat ini, hanya saja kualitas yang dimiliki dapat dipertaruhkan. Berbeda dengan Indonesia, yang penduduk banyak adalah sebuah masalah, China dengan penduduk banyak adalah sebuah kelebihan, dengan sistem produksi yang dilakukan oleh pihak-pihak "rumah tangga" menjadikan produk dari China begitu melimpah. Seperti yang dilihat saat ini di Indonesia, dimana produk dari China membanjiri pasar di Indonesia. Diperlukan sebuah revolusi dalam sistem produksi produk di Indonesia atau memperbaharui paradigma berkonsumsi.
Globalisasi Budaya
Globalisasi budaya telah merambah Indonesia. Samuel Huntington dalam bukunya yang berjudul benturan peradaban menjelaskan bahwa, dunia saat ini sedang menghadapi perang peradaban, dimana terjadi perang memperebutkan pengaruh tentang sebuah keberadaban kebudayaan antara bangsa yang terjadi secara global. Terdapat beberapa scape dalam globalisasi budaya ini yaitu :
a. Sacri scape, adalah proses deteritorialisasi dari mozaik agama dimana pusat-pusat kepercayaan atau agama bukan lagi dianggap miliki suatu negara.
b. Ethno scape, adalah proses terjadinya deteritorialisasi nilai kebangsaan serta keanekaragaman bangsa dalam suatu negara.
c. Enoco scape, adalah proses kompleks antara ain dematerialisasi dan kondisi-kondisi perekonomian dunia.
d. Media scape, adalah proses distribusi global dari informasi dan citra yang ditayangkan oleh berbagai dunia.
e. Leisure scape, ditandai dengan turisme universal
Keempat scape ini mempunyai peranan dalam perkembangan kebudayaan pada bangsa-bangsa dunia dalam era globalisasi budaya dewasa ini. Jika pada proses deteritorialisasi dari mozaik agama adalah sebuah hal yang memang telah terjadi sejak dahulu dimana semisal Ka'bah selaku pusat peribadatan Islam, dimana para muslim seluruh dunia sujud menghadap ke Ka'bah. Namun hal yang lebih lanjut lagi adalah benturan atau gesekan agama yang terjadi dinegara lain juga dirasakan oleh negara lain, semisal pada perang Israel-Palestina, dimana seluruh masyarakat dunia yang beragama islam turut serta dalam merasakan dampaknya. Ataupun yang terbaru adalah tentang suku Rohingya. Hal ini juga tidak lepas dari proses distribusi global dari informasi dan citra yang ditayangkan oleh media. Apabila Indonesia tidak bisa kritis, maka akan terbawa pada arus informasi yang salah. Lalu juga dengan adanya turisme universal, dimana pada setiap turis yang datang akan membawa sebuah budaya yang baru bagi tempat berwisatanya.
Berlanjut pula pada ethono scape, dimana hal ini sebenarnya sudah terjadi sejak manusia itu sendiri memiliki peradaban dan berinteraksi antar manusia berperadaban. Namun, proses yang terjadi saat ini begitu cepat dan jangkauanya menglobal. Sejarah Indonesia menjelaskan bahwa kebudayaan Indonesia dipengaruhi oleh kebudayaan dari dua bangsa besar masa lalu, yaitu India dan China. Kebudayaan India masuk bersamaan dengan agama Hindu-Buddha, juga demikian pengaruh China yang masuk melalui perdagangan dan agama/ajaran Buddha yang juga berkembang di China. Namun, berbeda dengan masa lalu dimana penyerapan kebudayaan berlangsung dengan akulturasi, penyesuaian dan pertimbangan-pertimbangan tentang kondisi nyata yang ada di Indonesia, saat ini proses berlangsung begitu cepat. Diperlukan sebuah formulasi agar Indonesia dapat siap menghadapi globalisasi budaya.
Moderenisme, Indutrialisasi, Global Warming dan Produksi
Dalam era globalisasi ini, di Indonesia juga sedang terjadi moderenisme dan industrialisasi. Indonesia sebagai salah satu paru-paru dunia perlu dijaga kelestarianya. Hal ini dikarenakan potensi yang ada di Indonesia memiliki kekayaan yang melimpah yang apabila tidak dapat dikelola dengan baik maka akan mengakibatkan kerugian yang besar. Industrialisasi dengan moderenismenya yang berusaha mengelola segala sumber daya memang akan mengakibatkan Indonesia akan semakin maju dan perekonomian tumbuh, namun apabila terus dilakukan tanpa kepedulian maka akan mengakibatkan cepat habisnya serta kerusakan pada Indonesia itu sendiri.
Isu tentang global warming begitu santer semenjak wakil presiden AS, Al Gore memberikan ceramahnya tentang bahaya efek rumah kaca. Indonesia selaku negara katulistiwa dengan hutan hujan tropis yang menjadi salah satu paru-paru dunia perlu diselamatkan dalam upaya pencegahan global warming.
Moderenisme dan Paradigma Berkonsumsi "Cantik"
Globalisasi ini juga dibarengi dengan moderenisme. Sebenarnya moderenisme itu sendiri telah mengahadapi revisi yaitu postmoderenisme yang terbagi menjadi dua bagian, yaitu kelanjutan dari moderenisme dan perlawanan terhadap moderenisme. Sebelumnya akan dibahas tentang makna dari modern itu sendiri. Kata moderen berasal dari kata "kekinian", dimana masyarakat moderen adalah masyarakat yang dianggap lebih maju dari masyarakat lainya. Makna awal dari modo juga bisa dijelaskan sebagai berikut. Pada jaman awal peradaban di dunia, mesopotamia dan mesir adalah wilayah yang tingkat peradaban yang paling maju diantara daerah lainya, sehingga mesopotamia dan mesir adalah pusat peradaban pada jaman awal peradaban dunia dan merupakan pusat dari moderenitas. Berlanjut kepada Romawi Kuno, yang menjadi pusat dari paradigma berperadaban maju. Lalu berlanjut pada Dinasti Abbsiyah dan Ummayah, yang pada jaman keemasanya beribukota di Damaskus serta memiliki kota terbesar dan termaju didunia pada abad ke-8 dan ke-9 yaitu Baghdad. Dan berlannjut pada abad pertengahan dimana terjadi renaisance di Italia, Revolusi Prancis yang melecutkan demokrasi serta liberalisme dan Revolusi Industri di Inggris. Eropa barat menjadi pusat dunia selanjutnya. Dengan penyebaranya lewat kolonialisme.
Pada sebuah buku harian ayah saya menuliskan, "apakah aku mencintainya karena dia cantik atau karena aku mencintainya maka dia cantik?". Sebuah hal yang pada awalnya hanya saya kira ucapan cinta kepada ibu saya, namun setelah saya baca kelanjutanya lebih dalam dari perkiraan. Saya teringat waktu sekolah dahulu, dimana wanita dengan ciri berkulit hitam, keriting dan berhidung pesek adalah wanita jelek, sedangkan wanita dengan kulit putih, rambut lurus, berhidung mancung adalah wanita cantik. Apabila diteliti lagi kedua ciri fisik ini menggambarkan ciri fisik ras tertentu. Dimana wanita jelek adalah ciri dari ras negeroid sedangkan wanita cantik adalah ciri dari ras kaukasia. Bangsa Eropa barat dan AS yang mayoritas ras kaukasia saat ini menjadi pusat dari peradaban dunia. Berangkat dari kolonialisme, dimana sang penjajah adalah ras kaukasiod sedangkan ras negeroid adalah para budak yang diambil dari benua Afrika.
Dalam buku Percik Pemikiran Kontemporer dijelaskan bahwa untuk dapat menjadi wanita cantik haruslah berkulit putih, berhidung mancung dan berambut lurus. Hal ini mempengaruhi produk kecantikan yang ada dipasaran. Semua wanita Indonesia yang sebenarnya ras mongoloid dan malenesia, dengan ciri kulit kuning/sawo matang berambut ikal membeli produk pemutih. Juga ada yang ingin operasi plastik guna memenuhi syarat cantik yang menjadi mainstream. Ditambah dengan rambut lurus dengan rebounding. Diperlukan penyadaran akan paradigma berkonsumsi yang sadar diri.
Konsumtivisme (dampak moderenisme lanjutan) dan Konsumerisme
Semua hal diatas membuat bangsa Indonesia kehilangan jati diri bangsanya, serta terjajah dari dalam. Namun selain hal itu, Indonesia juga mulai memasuki jaman dimana ada pembeda tipis antara kebutuhan serta keinginan. Begitu pula makna konsumtivisme dan konsumerisme yang seringkali salah dalam pengartian. Padahal baik itu antara kebutuhan dan keinginan serta antara konsumtivisme dan konsumerisme adalah hal yang sangat jauh berbeda maknanya dan bertolak belakang.
Kebutuhan (needs) adalah sesuatu yang harus dipenuhi dan berlandaskan hal yang nyata diperlukan, sedangkan keinginan (wants) adalah hal yang diinginkan bersumber dari hasrat namun sebenarnya tidak diperlukan.
Konsumtivisme merupakan paham untuk hidup secara konsumtif, sehingga orang yang konsumtif dapat dikatakan tidak lagi mempertimbangkan fungsi atau kegunaan ketika membeli barang melainkan mempertimbangkan prestis yang melekat pada barang tersebut. Oleh karena itu, arti kata konsumtif (consumtive) adalah boros atau perilaku yang boros, yang mengonsumsi barang atau jasa secara berlebihan. Konsumtivisme tidak terlepas dari tahapan selanjutnya dari moderenisme. Dimana masyarakat moderenisme lanjutan disebut masyarkat postmoderen. Postmoderen sendiri terbagi menjadi dua kubu, yaitu yang melanjutkan moderenisme dan yang bertentangan dengan moderenisme. Postmoderenisme yang lanjutan dari moderenisme adalah masyarakat dimana hasrat menjadi pemuas yang tipis dengan kebutuhan sebenarnya. Hasrat ingin menjadi masyarakat maju mengakibatkan masyarakat Indonesia tidak lagi kritis terhadap hal yang masuk kedalam Indonesia yang sedang mengalami globalisasi. Seperti contoh pada produk kecantikan diatas yang membuat hasrat para wanita ingin putih seperti ras kaukasia. Tanpa mengetahui kebutuhan akan kulit kuning/sawo matang yang merupakan ciri cantiknya yang asli. Atau yang terbaru dengan K-Pop, dimana orang-orang mudanya langsung meniru tatanan mode artis Korea Selatan tanpa mencerna untuk menyesuaikan dengan kondisi yang sebenarnya sebagai orang Indonesia. K-Pop sendiri lahir dari budaya Hip-Hop dari Afrika-Amerika yang masuk dan diadopsi tanpa kehilangan nilai budaya Korea Selatan.
Lalu berlanjut kepada hasrat ingin memiliki barang yang sebenarnya bukan merupakan kebutuhanya, namun karena melihat bagaimana orang lain mengkonsumsi kebutuhanya dianggap oleh orang lain juga kebutuhanya, hal ini terjadi karena kebutuhan tersebut bernilai tinggi (prestis). Semisal orang menengah kebawah yang berhasrat menkonsumsi produk yang sebenarnya untuk kalangan atas. Sehingga berperlilaku konsumtif. Hal ini mirip dengan moderenisme itu sendiri dimana subordinat dari pusat kekinian harus dapat seperti pusat kekinian agar dapat dikatakan beradap, bedanya apabila pusat kekinian sebelumnya adalah ras kaukasia sekarang adalah orang yang lebih kaya.
Konsumtivisme menjadi senjata utama bagi para kapilatalis memasarkan produknya. Setelah alat produksi telah maju pasca industrialisasi dan semakin efektif serta efisien. Maka setelah era dimana bagaimana memproduksi produk sebanyak-banyaknya dengan konsep seefektif dan seefisien mungkin, maka pada tahap selanjutnya adalah bagaimana memasarkan produk sebanyak-banyaknya. Dengan hanya terpenuhinya kebutuhan tidak akan cukup, maka dengan menciptakan kebutuhan-kebutuhan baru dari hasrat konsumen menjadi sasaran yang dilakukan guna pendapatan yang terus bertumbuh. Sedangkan konsumerisme adalah paham yang menjadi perlawanan terhadap konsumtivisme. Konsumerisme merupakan gerakan perlawanan yang mulai muncul untuk menjawab tantangan "kebutuhan maya" hari ini.
Solusi : Consumerism Marketing sebagai lanjutan Konsumerisme
Consumerism marketing adalah sebuah konsep kelanjutan yang bersifat aplikatif dari konsumerisme. Dimana didalamnya pemasaran berbasis konsumerisme, mengajarkan bagaimana para konsumen serta perusahaan mengkonsumsi serta memasarkan produk berbasis kebutuhan. Dengan adanya consumerism marketing, maka diharapkan Indonesia akan lebih siap menghadapi tantangan global serta moderenisme tingkat lanjut yang menjadi konsumtivisme. Dalam consumerism marketing tidak hanya tentang perusahaan memproduksi produk yang sesuai dengan kebutuhan namun juga kepada perilaku perusahaan dalam dalam keseharian serta dalam rancangan program yang dilaksanakan.
Pemasaran ; dipengaruhi atau mempengaruhi masyarakat?
Perusahaan dalam memasarkan produk tentunya akan memperhatikan bagaimana sumber daya yang dimiliki, kondisi persaingan didalam pasar serta bagaimanakah perilaku konsumen itu sendiri. Seperti yang perna dibahas dalam pengantar bisnis dalam perkuliahan dimana saat ini pemasaran menjadi orientasi perusahaan moderen dalam kegiatannya. Berangkat dari kondisi internal serta eksternal yang ada, perusahaan mulai merencanakan konsep produk yang akan diproduksi. Untuk selanjutnya setelah tertentukan produk yang akan dilempar dipasar baru perusahaan mulai merencanakan SDM, manajemen produksi serta manajemen keuangan. Hal ini nyata terjadi karena perusahaan dengan produk yang berhasil dipasarlah yang akan menjadi perusahaan yang sukses. Pemasaran pun menjadi hal yang penting dalam perusahaan. Secara garis besar pemasaran menentukan arah perusahaan selanjutnya karena konsumen menentukan produk mana yang akan laku dipasaran. Berikut pola hubungan konsumen dengan pemasar dan lingkunganya dalam bagan.
Dari bagan dapat terjelaskan bahwa :
a. Keputusan konsumen ditentukan oleh individu konsumen itu sendiri, pengaruh lingkungan serta aplikasi perilaku konsumen kepada strategi pemasaran
b. Respon konsumen dipengaruhi oleh keputusan konsumen
c. Umpan balik ke pemasar serta umpan balik ke konsumen ditentukan oleh respon konsumen
d. Konsumen individu dipengaruhi oleh umpan balik ke konsumen berupa evaluasi pembelian masa lalu. Sedangkan aplikasi konsumen ke strategi pemasaran dipengaruhi oleh umpan balik ke pemasar dalam pengembangan strategi pemasar.
Secara teoritik antara konsumen dan pemasar memiliki pola hubungan saling mempengaruhi. Konsumen yang menentukan laku tidaknya sebuah produk dipasaran selain dipengaruhi oleh individu itu sendiri juga dipengaruhi, juga dipengaruhi oleh perusahaan itu sendiri dalam strategi pemasaranya. Selain tentunya faktor eksternal berupa pengaruh lingkungan menentukan dalam keputusan konsumen. Namun ada satu yang saya kritisi disini, dimana pengaruh lingkungan juga mempengaruhi secara langsung kepada strategi pemasaran serta konsumen individu. Semisal dalam faktor hukum yang tentunya menentukan regulasi dalam perusahaan memasarkan, sehingga menentukan bagaimana strategi pemasaran, atau juga faktor ekonomi, budaya dan sosial. Konsumen individu pun juga terpengaruh secara langsung oleh faktor lingkungan.
Dalam buku Marketing For Everyone, dijelaskan bahwa bagaimana perusahaan berlomba-lomba dalam pemenuhan kebutuhan dan keingnan dari para konsumen dengan selalu mencipatakan terobosan baru. Inovasi seolah menjadi sangat dibutuhkan dalam proses hidup produk. Seperti yang terjelaskan dalam PLC dimana produk memang harus selalu diperbaharui agar tidak menjadi produk yang mati, karena pasca produk menjadi dewasa (populer/sukses/laku keras) akan memasuki titik jenuh dan akan menjadi produk mati jika tidak segera dilakukan inovasi. Hanya saja perang pemasaran yang terjadi berlangsung sangat cepat. Semisal dalam penggunaan layanan operator HP, dimana dimulai dengan peluncuran tarif gratisan Three yang meledakan tarif layanan operator di Indonesia. Dengan bonus SMS dan telepon yang murah, membuat para provider lainya mau tidak mau mengikuti tarif yang anjlok agar tidak ditinggalkan oleh konsumenya. Hingga dalam buku ini ditampilkan perang tarif yang terjadi antar provider dengan beberapa provider menyindir provider lainya. Namun, terlepas dari hal itu sekarang masyarkat Indonesia hampir kesemuanya memiliki HP, bahkan HP menjadi hal yang penting saat ini. Sebenarnya hal ini juga tidak bisa lepas dari era informasi serta salah satu dampak globalisasi budaya yaitu media scape.
Perusahaan dalam penentuan produk yang akan dipasarkanya memang memerlukan riset pemasaran, namun kembali kepada produk yang diproduksi adalah produk perusahaan yang tentunya memiliki kepentingan untuk mempengaruhi pasar dan konsumen. Andil perusahaan dalam menentukan perilaku konsumen cukup besar di era moderenisme lanjutan hari ini. Karena pada era dimana ada beda tipis antara kebutuhan dan keinginan, perusahaan dapat dengan mudah menciptakan produk yang sesuai dengan keunggulan internal mereka, sumber daya yang ada serta kebijakan perusahaan yang tentunya bertujuan untuk memperoleh keuntungan sebanyak-banyaknya. Dengan mengedukasi dan persuasi para konsumen untuk membeli produk yang diproduksinya yang sebetulnya bukan merupakan kebutuhan sesungguhnya, dengan menciptakan citra yang tepat maka perusahaan pun menciptakan kebutuhan-kebutuhan baru.
Consumerism Marketing dan Masyarakat Indonesia
Seperti yang telah dijelaskan bahwa pemasaran mempengaruhi dan dipengaruhi oleh konsumen dan lingkungan. Pemasaran pun turut andil dalam pembentukan persepsi yang ada dalam masyarakat untuk mengkonsumsi suatu produk. Dengan adanya consumerism marketing, maka masyarakat akan dapat dengan tepat mengkonsumsi produk sesuai kebutuhan yang memang dibutuhkan. Dengan masyarakat Indonesia dapat mengkonsumsi produk yang sesuai dengan kebutuhanya maka akan mengakibatkan Indonesia siap dalam menghadapi tantangan global dan moderenitas, karena dengan masyarakat Indonesia yang sadar akan berkonsumsi maka tidak akan terjebak kepada geoekonomi yang sedang melanda dengan tetap dapat mengkonsumsi produk yang sesuai, juga pada akhirnya akan terhindar dari konsumtivisme karena sadar akan kebutuhan. Pada akhirnya ini akan mempengaruhi bagaimana mainstream masyarakat. Dalam konsep consumerism marketing terbagi atas tiga bagian yaitu green marketing, nation marketing, culture marketing.
Green Marketing
Green marketing sebagai salah satu istilah dalam ilmu pemasaran sebenarnya telah lama muncul yaitu sekitar tahun 80-an akhir. Lompatan baru dunia marketing/pemasaran dikejutkan dengan buku John Grant yang berjudul "The Green Marketing Manifesto" membuat kepekaan dunia usaha makin tinggi terhadap lingkungan hidup. Pemasaran hijau sendiri terdiri dari dua konsep :
a. Pemasaran produk alami yang aman bagi konsumen
b. Pemasaran produk alami guna kelestarian alam
Pemasaran hijau juga tidak hanya terkait dengan produk yang diproduksi namun juga dalam konsep perusahaan menjalankan usahanya. Dalam pemasaran hujau positioning yang digunakan oleh pemasar adalah perusahaan dan produk yang ramah lingkungan serta aman dalam penggunaanya karena berasal dari alam.
Dalam pemasaran hijau pada akhirnya akan membentuk green consumer adalah merupakan konsumen yang peduli lingkungan hidup. Para pembeli (konsumen) yang dipengaruhi kepedulian lingkungan hidup dalam pembelian suatu produk. Sebagai contoh : konsumen yang peduli akan lingkungan hidup akan lebih menyukai pembelian produk yang berasal dari alam dengan proses produksi yang alami.
Maka dengan adanya green consumer yang terbentuk dari green marketing akan mengakibatkan Indonesia akan lebih terjaga dalam kelestarian lingkunganya serta tentunya tidak akan ada produk yang berbahaya untuk dikonsumsi oleh masyarakat. Hal ini dikarenakan bahan-bahan kimia atau bahan lainya yang berbahaya tidak akan digunakan dalam pemasaran hijau.
Namun selain itu juga diperlukan upaya pemerintah dalam mendukung pemasaran hijau ini, entah itu dalam bentuk edukasi atau UU yang diberlakukan. Baik itu dalam hal keamanan produk maupun produk yang berasal dari alam.
Nation Marketing
Nation marketing adalah pemasaran berbasis kebangsaan. Hal ini menjadi solusi dari permasalahan akan tantangan global. Indonesia yang seperti yang telah diketahui menghadapi pasar bebas dengan tantangan geoekonomi yang mana Indonesia tergabung kedalam ACFTA. Dengan pemasaran berbasis kebangsaan akan memperkuat jalinan masyarakat untuk membeli produk dalam negeri. Hal ini sebenarnya telah dilakukan secara konsisten di Jepang dan terbukti dengan kemajuan Jepang yang sebelumnya merupakan negara dengan ekonomi terkuat setelah AS sebelum disalip oleh China.
Dalam nation marketing akan terbentuk nation consumer, dimana pada akhirnya akan mengakibatkan masyarakat dapat lebih mencintai Indonesia, hal ini sangat diperlukan mengingat dalam era globalisasi dan era informasi ini, nilai kebangsaan begitu rentan tergoyahkan. Hal ini disebabkan oleh globalisasi budaya yang sedang terjadi.
Arus perdagangan bebas memang tidak dapat dihindari, namun setidaknya dengan terbentuknya nation consumer maka kita akan memiliki modal dalam mengahadapi tantangan global. Kalaupun pada akhirnya negara lain berusaha memasarkan produk sesuai dengan konsep nation marketing, maka akan membantu bangunan rasa kebangsaan masyarakat Indonesia. Dan tentunya apabila memang demikian pun juga akan tetap para perusahaan nasional masih memiliki keuntungan karena merupakan perusahaan dari Indonesia. Hal ini pun juga memerlukan sokongan dari pemerintah baik itu dalam UU maupun edukasi.
Culture Marketing
Pemasaran berbasis kebudayaan lokal ini menjadi solusi atas benturan peradaban, globalisasi budaya serta moderenisme tingkat lanjut. Dengan pemasaran berbasis kebudayaan yang berasal dari Indonesia, maka Indonesia akan siap menghadapi benturan peradaban, karena dengan adanya culture marketing, masyarakat akan siap.
Dengan dapat mengandalkan memasarkan kebudayaan sendiri maka akan mengedukasi masyarakat untuk dapat lebih mencintai kebudayaan sendiri. Fokus yang diharapkan kepada memasarkan lokalitas tiap daerah akan membuat kembali masyarakat akan kembali mengenal dari bagaimana itu kebudayaan yang ada. Dengan keunggulan lokalitas kebudayaan disetiap daerah maka akan mengakibatkan perusahaan lebih memiliki keunggulan dalam kesiapan dan lahan untuk memasarkan produknya.
a. Keputusan konsumen ditentukan oleh individu konsumen itu sendiri, pengaruh lingkungan serta aplikasi perilaku konsumen kepada strategi pemasaran
b. Respon konsumen dipengaruhi oleh keputusan konsumen
c. Umpan balik ke pemasar serta umpan balik ke konsumen ditentukan oleh respon konsumen
d. Konsumen individu dipengaruhi oleh umpan balik ke konsumen berupa evaluasi pembelian masa lalu. Sedangkan aplikasi konsumen ke strategi pemasaran dipengaruhi oleh umpan balik ke pemasar dalam pengembangan strategi pemasar.
Secara teoritik antara konsumen dan pemasar memiliki pola hubungan saling mempengaruhi. Konsumen yang menentukan laku tidaknya sebuah produk dipasaran selain dipengaruhi oleh individu itu sendiri juga dipengaruhi, juga dipengaruhi oleh perusahaan itu sendiri dalam strategi pemasaranya. Selain tentunya faktor eksternal berupa pengaruh lingkungan menentukan dalam keputusan konsumen. Namun ada satu yang saya kritisi disini, dimana pengaruh lingkungan juga mempengaruhi secara langsung kepada strategi pemasaran serta konsumen individu. Semisal dalam faktor hukum yang tentunya menentukan regulasi dalam perusahaan memasarkan, sehingga menentukan bagaimana strategi pemasaran, atau juga faktor ekonomi, budaya dan sosial. Konsumen individu pun juga terpengaruh secara langsung oleh faktor lingkungan.
Dalam buku Marketing For Everyone, dijelaskan bahwa bagaimana perusahaan berlomba-lomba dalam pemenuhan kebutuhan dan keingnan dari para konsumen dengan selalu mencipatakan terobosan baru. Inovasi seolah menjadi sangat dibutuhkan dalam proses hidup produk. Seperti yang terjelaskan dalam PLC dimana produk memang harus selalu diperbaharui agar tidak menjadi produk yang mati, karena pasca produk menjadi dewasa (populer/sukses/laku keras) akan memasuki titik jenuh dan akan menjadi produk mati jika tidak segera dilakukan inovasi. Hanya saja perang pemasaran yang terjadi berlangsung sangat cepat. Semisal dalam penggunaan layanan operator HP, dimana dimulai dengan peluncuran tarif gratisan Three yang meledakan tarif layanan operator di Indonesia. Dengan bonus SMS dan telepon yang murah, membuat para provider lainya mau tidak mau mengikuti tarif yang anjlok agar tidak ditinggalkan oleh konsumenya. Hingga dalam buku ini ditampilkan perang tarif yang terjadi antar provider dengan beberapa provider menyindir provider lainya. Namun, terlepas dari hal itu sekarang masyarkat Indonesia hampir kesemuanya memiliki HP, bahkan HP menjadi hal yang penting saat ini. Sebenarnya hal ini juga tidak bisa lepas dari era informasi serta salah satu dampak globalisasi budaya yaitu media scape.
Perusahaan dalam penentuan produk yang akan dipasarkanya memang memerlukan riset pemasaran, namun kembali kepada produk yang diproduksi adalah produk perusahaan yang tentunya memiliki kepentingan untuk mempengaruhi pasar dan konsumen. Andil perusahaan dalam menentukan perilaku konsumen cukup besar di era moderenisme lanjutan hari ini. Karena pada era dimana ada beda tipis antara kebutuhan dan keinginan, perusahaan dapat dengan mudah menciptakan produk yang sesuai dengan keunggulan internal mereka, sumber daya yang ada serta kebijakan perusahaan yang tentunya bertujuan untuk memperoleh keuntungan sebanyak-banyaknya. Dengan mengedukasi dan persuasi para konsumen untuk membeli produk yang diproduksinya yang sebetulnya bukan merupakan kebutuhan sesungguhnya, dengan menciptakan citra yang tepat maka perusahaan pun menciptakan kebutuhan-kebutuhan baru.
Consumerism Marketing dan Masyarakat Indonesia
Seperti yang telah dijelaskan bahwa pemasaran mempengaruhi dan dipengaruhi oleh konsumen dan lingkungan. Pemasaran pun turut andil dalam pembentukan persepsi yang ada dalam masyarakat untuk mengkonsumsi suatu produk. Dengan adanya consumerism marketing, maka masyarakat akan dapat dengan tepat mengkonsumsi produk sesuai kebutuhan yang memang dibutuhkan. Dengan masyarakat Indonesia dapat mengkonsumsi produk yang sesuai dengan kebutuhanya maka akan mengakibatkan Indonesia siap dalam menghadapi tantangan global dan moderenitas, karena dengan masyarakat Indonesia yang sadar akan berkonsumsi maka tidak akan terjebak kepada geoekonomi yang sedang melanda dengan tetap dapat mengkonsumsi produk yang sesuai, juga pada akhirnya akan terhindar dari konsumtivisme karena sadar akan kebutuhan. Pada akhirnya ini akan mempengaruhi bagaimana mainstream masyarakat. Dalam konsep consumerism marketing terbagi atas tiga bagian yaitu green marketing, nation marketing, culture marketing.
Green Marketing
Green marketing sebagai salah satu istilah dalam ilmu pemasaran sebenarnya telah lama muncul yaitu sekitar tahun 80-an akhir. Lompatan baru dunia marketing/pemasaran dikejutkan dengan buku John Grant yang berjudul "The Green Marketing Manifesto" membuat kepekaan dunia usaha makin tinggi terhadap lingkungan hidup. Pemasaran hijau sendiri terdiri dari dua konsep :
a. Pemasaran produk alami yang aman bagi konsumen
b. Pemasaran produk alami guna kelestarian alam
Pemasaran hijau juga tidak hanya terkait dengan produk yang diproduksi namun juga dalam konsep perusahaan menjalankan usahanya. Dalam pemasaran hujau positioning yang digunakan oleh pemasar adalah perusahaan dan produk yang ramah lingkungan serta aman dalam penggunaanya karena berasal dari alam.
Dalam pemasaran hijau pada akhirnya akan membentuk green consumer adalah merupakan konsumen yang peduli lingkungan hidup. Para pembeli (konsumen) yang dipengaruhi kepedulian lingkungan hidup dalam pembelian suatu produk. Sebagai contoh : konsumen yang peduli akan lingkungan hidup akan lebih menyukai pembelian produk yang berasal dari alam dengan proses produksi yang alami.
Maka dengan adanya green consumer yang terbentuk dari green marketing akan mengakibatkan Indonesia akan lebih terjaga dalam kelestarian lingkunganya serta tentunya tidak akan ada produk yang berbahaya untuk dikonsumsi oleh masyarakat. Hal ini dikarenakan bahan-bahan kimia atau bahan lainya yang berbahaya tidak akan digunakan dalam pemasaran hijau.
Namun selain itu juga diperlukan upaya pemerintah dalam mendukung pemasaran hijau ini, entah itu dalam bentuk edukasi atau UU yang diberlakukan. Baik itu dalam hal keamanan produk maupun produk yang berasal dari alam.
Nation Marketing
Nation marketing adalah pemasaran berbasis kebangsaan. Hal ini menjadi solusi dari permasalahan akan tantangan global. Indonesia yang seperti yang telah diketahui menghadapi pasar bebas dengan tantangan geoekonomi yang mana Indonesia tergabung kedalam ACFTA. Dengan pemasaran berbasis kebangsaan akan memperkuat jalinan masyarakat untuk membeli produk dalam negeri. Hal ini sebenarnya telah dilakukan secara konsisten di Jepang dan terbukti dengan kemajuan Jepang yang sebelumnya merupakan negara dengan ekonomi terkuat setelah AS sebelum disalip oleh China.
Dalam nation marketing akan terbentuk nation consumer, dimana pada akhirnya akan mengakibatkan masyarakat dapat lebih mencintai Indonesia, hal ini sangat diperlukan mengingat dalam era globalisasi dan era informasi ini, nilai kebangsaan begitu rentan tergoyahkan. Hal ini disebabkan oleh globalisasi budaya yang sedang terjadi.
Arus perdagangan bebas memang tidak dapat dihindari, namun setidaknya dengan terbentuknya nation consumer maka kita akan memiliki modal dalam mengahadapi tantangan global. Kalaupun pada akhirnya negara lain berusaha memasarkan produk sesuai dengan konsep nation marketing, maka akan membantu bangunan rasa kebangsaan masyarakat Indonesia. Dan tentunya apabila memang demikian pun juga akan tetap para perusahaan nasional masih memiliki keuntungan karena merupakan perusahaan dari Indonesia. Hal ini pun juga memerlukan sokongan dari pemerintah baik itu dalam UU maupun edukasi.
Culture Marketing
Pemasaran berbasis kebudayaan lokal ini menjadi solusi atas benturan peradaban, globalisasi budaya serta moderenisme tingkat lanjut. Dengan pemasaran berbasis kebudayaan yang berasal dari Indonesia, maka Indonesia akan siap menghadapi benturan peradaban, karena dengan adanya culture marketing, masyarakat akan siap.
Dengan dapat mengandalkan memasarkan kebudayaan sendiri maka akan mengedukasi masyarakat untuk dapat lebih mencintai kebudayaan sendiri. Fokus yang diharapkan kepada memasarkan lokalitas tiap daerah akan membuat kembali masyarakat akan kembali mengenal dari bagaimana itu kebudayaan yang ada. Dengan keunggulan lokalitas kebudayaan disetiap daerah maka akan mengakibatkan perusahaan lebih memiliki keunggulan dalam kesiapan dan lahan untuk memasarkan produknya.