Oleh: Wahyu Sanders (Wahyu Setyo Utomo)
Assalaamu „alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh
Saya sebenarnya masih kurang paham maksud dan tujuan saya menulis tulisan saya ini, yang namanya tidak tergolong sebagai makalah, paper atau Karya Tulis lainnya. Tapi karena berangkat dari kesadaran, keinginan dan kemauan, jadi ya saya lakukan. Hahaha..
Berawal dari diterimanya saya di Universitas Jember tercinta ini Tahun 2011, saya hanyalah seorang yang baru saja ber-title sebagai mahasiswa yang datang dari kota sebelah yaitu Kota
Banyuwangi. Di sini saya menemukan kehidupan baru, kehidupan yang masih belum sepenuhnya pernah saya rasakan, yang menuntut adanya sosok dalam diri saya seorang yang dewasa yang harus mampu hidup mandiri secara kemampuan, dan bersosialisasi dengan lingkungan baru sebagai makhuk sosial.
Saya merasa menikmati kehidupan dunia kampus, yang mungkin menurut sebagian orang terasa menjenuhkan. Karena memang saya sudah mempunyai ancang-ancang sebelumnya ketika
akan memasuki kehidupan dunia kampus, sehingga saya telah memiliki persiapan yang matang untuk menghadapi lingkungan yang baru, tentu saja bukan hanya rencana secara teknis tapi juga rencana yang saya buat juga merupakan jalan untuk tercapainya tujuan hidup saya di masa yang akan datang.
Saya ingat waktu itu ketika saya masih duduk di bangku kelas 3 SMA, salah seorang guru saya yang memegang mata pelajaran Ekonomi, memberikan nasihat kepada murid-muridnya. Intinya beliau berkata seperti ini “ kalau kalian melanjutkan pendidikan kalian di universitas pilihan kalian masing-masing, jangan asing dengan organisasi-organisasi kemahasiswaan yang ada di kampus, pilihlah sesuai dengan keinginan kalian. Tapi kalian juga harus berhati-hati dengan organisasi yang berkedok keislaman, yang biasanya mereka mencari calon-calon korban dengan pendekatan emosional yang tinggi dan secara intensif. Biasanya setelah mereka mampu menjalin hubungan baik dengan korbannya, mereka akan melakukan cuci otak dan kemudian menyuruhnya untuk melakukan hal negatif yang mereka anggap benar dari sisi pandang ideologis yaitu bom bunuh diri.”
Memang pada saat itu sedang marak-maraknya bom bunuh diri, saya fikir memang masuk akal, tapi tidak lantas saya harus berkeyakinan seperti itu. Kemudian ketika di awal perjalanan menyusuri kehidupan dunia kampus, saya mulai mengenal berbagai macam organisasi, baik organisasi intrakampus ataupun ekstrakampus. Di dalam kampus saya mempunyai ketertarikan pada UKM KSPM, yang memang linear dengan bidang saya sebagai seorang mahasiswa Ekonomi. Di luar kampus sayamengenal beberapa organisasi mahasiswa berbasis keislaman, diantaranya PMII, HMI, KAMMI, dan HTI. Dengan pendekatan emosional dari kader dan anggota PMII, saya mulai tertarik dengan organisasi ini.
Saya berfikir tidak adil rasanya ketika saya harus menjastifikasi sepihak mengenai bagaimana organisasi keislaman dari mulut orang, tanpa berusaha mengetahui sisi dalamnya. Bertitik tolak dari rencana awal saya untuk bisa mampu mencapai karir saya secara maksimal salah satunya dengan berorganisasi, maka saya memutuskan bergabung dengan PMII.
Saya bertemu dengan banyak teman baru di sini, baik teman seangkatan, maupun kakak tingkat. Saya di sana merasakan kehangatan yang begitu tinggi, suasana serasa di keluarga sendiri.
Pada mulanya ketika saya dan teman-teman seangkatan saya dikumpulkan di Rayon Ekonomi yang dahulu bertempat di Jalan Halmahera 2, untuk kemudian dibentuk ke beberapa panel untuk membahas suatu permasalahan, saya merasa berkompetisi untuk menjadi orang yang aktif dan berkontribusi. Saya merasa tidak akan mau kalah dengan yang lainnya.
Selanjutnya ketika akan kumpul-kumpul lagi, saya merasa agak sedikit enggan untuk pergi kesana, ntah kenapa, mungkin ini merupakan penyesuain terhadap kondisi baru yang berbeda dengan kehidupan saya sebelumnya, yang dahulu tidak pernah ikut organisasi apapun waktu di bangku sekolah yang berkesan santai, sangat jauh berbeda dengan sekarang yang berkesan serius. Tidak sering saya bermain di rayon, kalaupun mau pergi ke rayon, saya berfikir ketika saya sampai di sana khawatir tidak dihiraukan, ckck. Jadi kalau pergi kesana, saya selalu mengajak teman.
Saya merupakan anggota yang kurang aktif di rayon apabila dilihat dari intensitas kunjungan saya di rayon. Pada konsolidasi angkatan saya baru-baru ini yang bertempat di doubleway, ada salah satu pembahasan yang kontroversional tentang seberapa besar kepedulian saya dan teman-teman saya di rayon. Ada yang mengatakan kepedulian itu tercermin dari sering tidaknya kita bermain dan berkunjung di rayon, yang diumpamakan sebagai sebuah rumah yang dirawat oleh penghuninya, atau sepasang kekasih yang sering sekali menghabiskan waktu bersama. Ada yang mengatakan kepedulian itu tidak lantas ditunjukkan dari intensitas saya dan teman-teman berkunjung ke rayon, dengan alasan setiap individu mempunyai kepentingan dan kesibukan yang berbeda-beda, sehingga sama saja menjastifikasi bahwa orang-orang yang sibuk adalah orang-orang yang tidak peduli dengan rayon.
Kalau menurut saya, kepedulian itu memang bisa ditunjukkan dengan seberapa sering kita berkunjung dan bermain di rayon, tapi saya juga tidak memungkiri bahwa orang yang mempunyai
kepentingan dan kesibukan sendiri itu bukan berarti tidak peduli rayon. Yang terpenting adalah seberapa besar kontribusi kita pada rayon, seberapa besar sumbangsih kita pada rayon ketika kita dibutuhkan, dan bertanggung jawab pada apa yang sudah dipercayakan pada kita.
Sama saja ketika kita mengumpamakan kepedulian itu dengan sepasang kekasih yang menghabiskan waktu bersama, tetapi pada saat keadaan genting dan darurat yang menimpa kekasihnya, orang itu justru tidak ada dan tidak bisa membantu apa-apa. Lebih baik sepasang kekasih yang saling berjauhan karena urusannya masing-masing, tetapi ketika keadaan genting dan darurat menimpa sang kekasih, orang itu justru ada dan hadir disebelahnya. Berkunjung di rayon, konsolidasi, ngopi, jalan-jalan bersama, menurut saya itu alternatif menjalin kedekatan emosional. Pada kenyataannya memang saya akui saya kurang bertanggung jawab menjalankan tugas yang telah dilimpahkan kepada saya, yang menunjukkan saya kurang peduli kepada rayon.
Saya merasa iklim sosialisasi di rayon agak berbeda dengan dahulu yang pernah saya rasakan, saya merasa bahwa sahabat-sahabati di rayon lebih individual, ingin menunjukkan kalau dia
mempunyai peran, menunjukkan dirinya wah. Berbeda, ketika yang dulunya berlomba-lomba melakukan pendekatan dengan calon anggota baru, merebut hati, tetapi sekarang saya merasakan keterbalikan, siapa yang pintar mengambil hati sahabat-sahabati angkatan atas, dialah yang mampu bertahan di rayon. Tetapi memang tidak semua penghuni rayon seperti itu.
Selama saya berproses di rayon, belajar berorganisasi disana, mengasah kemampuan softskill, dan leadership, mulai saya rasakan adanya perubahan pada diri saya, tentang cara saya menguasai forum, keteraturan dalam penyampaian ide dan argumen, serta pembentukan mental yang lebih baik. Saya bersyukur telah menjadi anggota PMII.
Kolom
Arsip
- Mei 2016 (1)
- Januari 2014 (1)
- Juli 2013 (1)
- Juni 2013 (3)
- Mei 2013 (7)
- Maret 2013 (7)
- Februari 2013 (1)
- Januari 2013 (13)
- Desember 2012 (4)
- November 2012 (21)
- Mei 2012 (3)
Kotak
Rekening Alumni PMII Fakultas Ekonomi
Bank : BRI
No. Rekening : 0872.01.023276.53.2
An. Alumni PMII FEB UNEJ
Partisipasi dan Donasi Sahabat Sahabati untuk Pengadaan Sekretariat Permanen
" Tangan Terkepal dan Maju ke Muka"
Bank : BRI
No. Rekening : 0872.01.023276.53.2
An. Alumni PMII FEB UNEJ
Partisipasi dan Donasi Sahabat Sahabati untuk Pengadaan Sekretariat Permanen
" Tangan Terkepal dan Maju ke Muka"
0 komentar:
Posting Komentar