Kebesaran sebuah organisasi tidak hadir dengan sendirinya,
tetapi hadir karena persamaan visi, ide dan asa dari individu-individu
didalamnya dengan kemampuan mensinergiskan perbedaan-perbedaan yang ada.
PMII Rayon Ekonomi UNEJ yang notabene merupakan organisasi pengkaderan
di tingkatan fakultas bisa disebut sebagai organisasi yang mempunyai
nama besar ditingkatan PMII Jember, baik itu dalam segi jumlah anggota/
kader hingga segi output kader yang dimilikinya. Ungkapan mempertahankan
nama besar lebih sulit daripada merebutnya menjadi tantangan tersendiri
bagi kader-kader PMII Rayon Ekonomi UNEJ pada kondisi saat ini. Tetapi
bukan warga pergerakan namanya jika kader-kader PMII tidak mampu
menjawab tantangan apapun itu, seperti yang di ikrarkan ketika pertama
kali menjadi anggota PMII yaitu pantang menyerah, pantang berputus asa,
apalagi meninggalkan PMII dalam situasi dan kondisi apapun.
Berpijak dari tantangan tersebut ada dua hal yang harus mampu
dipenuhi oleh kader-kader PMII Rayon Ekonomi UNEJ yang ada sekarang ini
yaitu pertama kuantitas anggota/ kader yang dimilikinya, karena dengan
banyaknya jumlah anggota/ kader yang dimiliki maka dengan mudah rayon
mampu mendistribusikan anggota/ kadernya kedalam ruang-ruang ideologis,
praktis, pragmatis maupun strategis. Hal yang harus dilakukan untuk
menjawab tantangan ini adalah dengan melaksanakan pentahapan awal dari
sistem kaderisasi formal dengan sebagaimana mestinya yaitu pra-MAPABA
(Masa Penerimaan Anggota Baru), MAPABA dan pasca MAPABA. Kedua
kualitas anggota/ kader, sesuai dengan tujuan dari PMII itu sendiri
yaitu Terbentuknya pribadi muslim yang bertaqwa kepada Allah SWT,
berbudi luhur , berilmu, cakap dan bertanggung jawab mengamalkan
ilmunya dan komitmen memperjuangkan cita-cita kemerdekaan Indonesia maka
rayon diharapkan mampu mencetak anggota/ kader yang mampu memenuhi
kualifikasi dari keenam tujuan tersebut. Hal yang harus dilakukan untuk
menjawab tantangan kedua ini tidak hanya dengan menyelesaikan pentahapan
akhir dari sistem kaderisasi formal di PMII yaitu PKD (Pelatihan Kader
Dasar), pasca PKD, PKL (Pelatihan Kader Lanjut) serta pasca PKL, tetapi
juga dengan kaderisasi informal dan non formal, bagi saya disinilah
letak Kaderisasi sebenarnya dalam menciptakan kualitas kader yang sesuai
dengan tujuan dari PMII.
Potret Kaderisasi di PMII Rayon Ekonomi UNEJ
Satu dekade terakhir ini layak kita mengakui bahwa PMII Rayon
Ekonomi UNEJ belum mampu menjaga nama besar yang telah diraih oleh
sahabat-sahabati kita dulu. Malah ada kecenderungan nama besar tersebut
akan tenggelam dengan melemahnya jawaban kita akan tantangan
mempertahankan nama besar ini. Hal yang paling terlihat tidak mampu kita
jawab adalah semakin sedikit jumlah output anggota/ kader yang
berkualitas. Indikator sederhana saya menyebut adanya kegagalan dalam
hal kualitas kader yaitu semakin jarang atau mungkin tidak ada anggota/
kader rayon yang mampu menempati sebagian ruang komunitas imajiner
seperti agamawan muda liberatif, intelektual organik, pekerja sosial
transformatif, politisi ekstra parlementer dan profesional populis.
Semakin menurunnya budaya literasi di iklim berorganisasi kita dan
semakin sedikitnya output kader yang mampu berperan strategis di luar
internal rayon ini. Dari segi kuantitas pun rayon mengalami pasang surut
jumlah anggota/ kader dari tahun ke tahun, seringkali kita terlalu
cepat berbangga diri ketika rekruitmen anggota atau MAPABA kita mampu
menjaring sejumlah puluhan anggota tetapi disadari atau tidak ternyata
mereka yang terjaring dan benar-benar mengikuti proses tersebut dengan
sungguh-sungguh dan penuh mengikuti materi tidak lebih dari setengah
dari jumlah anggota yang resmi terjaring, sisanya hanya ikut akhir acara
yaitu pada waktu prosesi ikrar saja. Menjadi pertanyaan bersama ketika
kita cepat berbangga akan hal tersebut yaitu “Bagaimana cara mewariskan
nilai-nilai PMII kepada mereka ketika dasar atau landasannya kenapa
mereka ikut PMII saja mereka tidak mengerti apa-apa?”. Pasca MAPABA pun
akan timbul permasalahan kembali ketika kita tidak sadar waktu kapan
proses ideologisasi diberikan, malah kadangkala kita terjebak pada
hal-hal klasik yang selama ini menjadi benalu dalam proses kaderisasi
kita yaitu virus merah jambu atau dengan bahasa sarkasme nya disebut
ideologi selangkangan.
Idealnya kedua hal tersebut
mampu berjalan sinergis dalam sumbangsih mempertahankan kebesaran suatu
organisasi dalam hal ini PMII Rayon Ekonomi UNEJ, tetapi kenyataan yang
ada kedua hal tersebut tidak terealisasi dengan sempurna. Untuk itu bagi
saya perlu ada revitalisasi pemahaman dan penyadaran kader/anggota atau
lebih tepatnya calon penerus tongkat estafet kepemimpinan di PMII Rayon
Ekonomi UNEJ terhadap aplikasi sistem kaderisasi PMII yang telah ada.
Tahapan Kaderisasi
Kaderisasi yang ada di PMII secara umum terbagi menjadi tiga bagian
yaitu kaderisasi formal, informal dan non formal. Dari ketiga kaderisasi
tersebut yang merupakan “kaderisasi sesungguhnya” adalah kaderisasi
informal dan non formal karena disinilah penempaan mental, logika, jati
diri, nalar dan sebagainya berada tanpa mengenal ruang dan waktu. Tetapi
kaderisasi formal yang merupakan bagian dari proses kaderisasi juga
tidak dapat ditinggalkan. Dalam pentahapan kaderisasi dibagi menjadi 7
tahapan yaitu :
1. Pra-MAPABA
Disinilah awal mahasiswa baru
dikenalkan dengan yang namanya PMII atau jika perlu malah calon
mahasiswa baru bisa diperkenalkan terhadap PMII, tujuan dari pra MAPABA
ini adalah bagaimana mahasiswa baru atau calon mahasiswa baru mengenal
PMII sebagai oraganisasi ekstra kampus bervisi keislaman dan
keindonesiaan, cara yang bisa dilakukan dalam proses ini yaitu dengan
pendekatan personal terhadap mahasiswa baru atau calon mahasiswa baru
tersebut, ada beberapa momentum yang dapat dimanfaatkan dalam proses
pendekatan personal ini, salah satunya adalah ketika penyambutan
mahasiswa baru ketika pertama kali masuk ke kampus UNEJ. Untuk calon
mahasiswa baru sendiri bisa memanfaatkan ujian masuk perguruan tinggi
dengan mengadakan program kerja seperti Try Out ke sekolah-sekolah.
Disinilah proses pengenalan PMII lewat pendekatan personal dilakukan.
2. MAPABA (kaderisasi formal)
Masa Penerimaan Anggota Baru ini merupakan pintu awal mahasiswa baru
untuk menjadi anggota PMII dan menjadi ajang proses doktrinasi bahwa
PMII merupakan satu-satunya organisasi ekstra kampus yang menjadi
pilihan tepat dalam pengembangan character building mereka. Hal yang
harus diperhatikan dalam proses ini adalah target bagaimana seluruh
peserta yang berikrar menjadi anggota PMII benar-benar terdoktrin
bahwasannya PMII adalah organisasi yang tepat.
3. Pasca MAPABA (Kaderisasi informal dan non formal)
Follow up dari MAPABA ini benar-benar mampu tersistematis dengan baik,
artinya disini pengurus rayon sebagai penanggung jawab formal terhadap
kaderisasi mampu membuat schedulle kaderisasi dengan terlebih dahulu
mengklasifikasikan karakter-karakter kader, mengklasifikasikan kader
dalam formulasi kanalisasi kader dengan kerangka komunitas imajiner
(pribadi berprinsip/kader basis, agamawan muda liberatif, intelektual
organik, pekerja sosial transformatif, politisi ektra parlementer,
profesional populis, pekerja budayawan transformatif) dan adanya
Progress Report kader dalam proses berkiprah dan berorganisasi di PMII.
Bentuk kegiatan yang bisa dilakukan bisa berupa aktivitas akademis
(tentir sebelum ujian, bank soal, pengadaan buku-buku akademis dan
sebagainya), aktivitas sosial (bakti sosial, problem solving terhadap
lingkungan sekitar dsb), aktivitas keagamaan (yasin-tahlil, sholat
berjamaah, pengajian, dsb), aktivitas pengembangan kader (diskusi formal
dan informal, pelatihan, kajian-kajian dsb), aktivitas organisatoris
(kepanitiaan, distribusi intra kampus, pengurus rayon). Yang patut
ditekankan dalam hal ini adalah tidak memaksakan kepada anggota akan hal
yang tidak disukainya tetapi lebih menekankan kepada kebutuhan anggota
akan kemampuannya.
4. PKD
Merupakan kelanjutan dari MAPABA
dimana lebih ditekankan pada penanaman nilai-nilai dan penguatan akar
militansi anggota, lulusan dari PKD ini biasa disebut Kader Mujahid
yaitu kader yang mampu mengorganisasi suatu kelompok.
5. Pasca PKD
Follow up dari PKD ini bisa diwujudkan menjadi dua kegiatan yaitu
kegiatan berupa pelatihan-pelatihan yang terbagi dari basic keilmuan
yang ada, semisal untuk kader PMII Rayon Ekonomi adanya pelatihan
penelitian ekonomi, pelatihan kewirausahaan, Training of Trainer (TOT)
dsb serta kegiatan aplikatif yang merupakan tindak lanjut dari kegiatan
pelatihan tersebut yang akarnya pengabdian terhadap masyarakat.
6. PKL
Disini Kader sudah mulai dibangun dalam pengembangan keilmuan dan
ketrampilan yang di arahkan kedalam pilihan gerak masa kini dan masa
depan. Artinya kader pasca PKL diharapkan bisa menjadi aktor intelektual
perubahan di lingkungan masing-masing.
7. Pasca PKL
Titik tekan
dari kegiatan pasca PKL hanya menjadikan kader sebagai aktor
intelektual atau konseptor terkait dalam pengawalan proses perubahan
sosial di tengah masyarakat, selain itu juga sebagai media distribusi
kader pada tingkatan wilayah/ PKC (Pengurus Koordinator Cabang) PMII
maupun nasional/ PB (Pengurus Besar) PMII.
Tahapan-
tahapan di atas hanya sebagai lingkar gerak pemahaman dan penyadaran
akan pentingnya merevitalisasi ruang aplikatif dari sistem kaderisasi
yang ada, terutama menjelang permusyawaratan tertinggi di PMII Rayon
Ekonomi UNEJ yaitu Rapat Tahunan Anggota Rayon (RTAR). Dan ini bisa
dijadikan referensi kita bersama untuk saling berdialektika merumuskan
format kaderisasi yang lebih baik lagi di rayon tercinta kita ini,
sebelum forum yang luar biasa tersebut hadir di tengah-tengah kita.
0 komentar:
Posting Komentar