LINGKAR GERAK KADERISASI

Oleh : Akhmad Sugiyono
Kebesaran sebuah organisasi tidak hadir dengan sendirinya, tetapi hadir karena persamaan visi, ide dan asa dari individu-individu didalamnya dengan kemampuan mensinergiskan perbedaan-perbedaan yang ada. PMII Rayon Ekonomi UNEJ yang notabene merupakan organisasi pengkaderan di tingkatan fakultas bisa disebut sebagai organisasi yang mempunyai nama besar ditingkatan PMII Jember, baik itu dalam segi jumlah anggota/ kader hingga segi output kader yang dimilikinya. Ungkapan mempertahankan nama besar lebih sulit daripada merebutnya menjadi tantangan tersendiri bagi kader-kader PMII Rayon Ekonomi UNEJ pada kondisi saat ini. Tetapi bukan warga pergerakan namanya jika kader-kader PMII tidak mampu menjawab tantangan apapun itu, seperti yang di ikrarkan ketika pertama kali menjadi anggota PMII yaitu pantang menyerah, pantang berputus asa, apalagi meninggalkan PMII dalam situasi dan kondisi apapun.
Berpijak dari tantangan tersebut ada dua hal yang harus mampu dipenuhi oleh kader-kader PMII Rayon Ekonomi UNEJ yang ada sekarang ini yaitu pertama kuantitas anggota/ kader yang dimilikinya, karena dengan banyaknya jumlah anggota/ kader yang dimiliki maka dengan mudah rayon mampu mendistribusikan anggota/ kadernya kedalam ruang-ruang ideologis, praktis, pragmatis maupun strategis. Hal yang harus dilakukan untuk menjawab tantangan ini adalah dengan melaksanakan pentahapan awal dari sistem kaderisasi formal dengan sebagaimana mestinya yaitu pra-MAPABA (Masa Penerimaan Anggota Baru), MAPABA dan pasca MAPABA. Kedua kualitas anggota/ kader, sesuai dengan tujuan dari PMII itu sendiri yaitu Terbentuknya pribadi muslim yang bertaqwa kepada Allah SWT, berbudi luhur , berilmu, cakap dan bertanggung jawab mengamalkan ilmunya dan komitmen memperjuangkan cita-cita kemerdekaan Indonesia maka rayon diharapkan mampu mencetak anggota/ kader yang mampu memenuhi kualifikasi dari keenam tujuan tersebut. Hal yang harus dilakukan untuk menjawab tantangan kedua ini tidak hanya dengan menyelesaikan pentahapan akhir dari sistem kaderisasi formal di PMII yaitu PKD (Pelatihan Kader Dasar), pasca PKD, PKL (Pelatihan Kader Lanjut) serta pasca PKL, tetapi juga dengan kaderisasi informal dan non formal, bagi saya disinilah letak Kaderisasi sebenarnya dalam menciptakan kualitas kader yang sesuai dengan tujuan dari PMII.

Potret Kaderisasi di PMII Rayon Ekonomi UNEJ

Satu dekade terakhir ini layak kita mengakui bahwa PMII Rayon Ekonomi UNEJ belum mampu menjaga nama besar yang telah diraih oleh sahabat-sahabati kita dulu. Malah ada kecenderungan nama besar tersebut akan tenggelam dengan melemahnya jawaban kita akan tantangan mempertahankan nama besar ini. Hal yang paling terlihat tidak mampu kita jawab adalah semakin sedikit jumlah output anggota/ kader yang berkualitas. Indikator sederhana saya menyebut adanya kegagalan dalam hal kualitas kader yaitu semakin jarang atau mungkin tidak ada anggota/ kader rayon yang mampu menempati sebagian ruang komunitas imajiner seperti agamawan muda liberatif, intelektual organik, pekerja sosial transformatif, politisi ekstra parlementer dan profesional populis. Semakin menurunnya budaya literasi di iklim berorganisasi kita dan semakin sedikitnya output kader yang mampu berperan strategis di luar internal rayon ini. Dari segi kuantitas pun rayon mengalami pasang surut jumlah anggota/ kader dari tahun ke tahun, seringkali kita terlalu cepat berbangga diri ketika rekruitmen anggota atau MAPABA kita mampu menjaring sejumlah puluhan anggota tetapi disadari atau tidak ternyata mereka yang terjaring dan benar-benar mengikuti proses tersebut dengan sungguh-sungguh dan penuh mengikuti materi tidak lebih dari setengah dari jumlah anggota yang resmi terjaring, sisanya hanya ikut akhir acara yaitu pada waktu prosesi ikrar saja. Menjadi pertanyaan bersama ketika kita cepat berbangga akan hal tersebut yaitu “Bagaimana cara mewariskan nilai-nilai PMII kepada mereka ketika dasar atau landasannya kenapa mereka ikut PMII saja mereka tidak mengerti apa-apa?”. Pasca MAPABA pun akan timbul permasalahan kembali ketika kita tidak sadar waktu kapan proses ideologisasi diberikan, malah kadangkala kita terjebak pada hal-hal klasik yang selama ini menjadi benalu dalam proses kaderisasi kita yaitu virus merah jambu atau dengan bahasa sarkasme nya disebut ideologi selangkangan.

Idealnya kedua hal tersebut mampu berjalan sinergis dalam sumbangsih mempertahankan kebesaran suatu organisasi dalam hal ini PMII Rayon Ekonomi UNEJ, tetapi kenyataan yang ada kedua hal tersebut tidak terealisasi dengan sempurna. Untuk itu bagi saya perlu ada revitalisasi pemahaman dan penyadaran kader/anggota atau lebih tepatnya calon penerus tongkat estafet kepemimpinan di PMII Rayon Ekonomi UNEJ terhadap aplikasi sistem kaderisasi PMII yang telah ada.

Tahapan Kaderisasi

Kaderisasi yang ada di PMII secara umum terbagi menjadi tiga bagian yaitu kaderisasi formal, informal dan non formal. Dari ketiga kaderisasi tersebut yang merupakan “kaderisasi sesungguhnya” adalah kaderisasi informal dan non formal karena disinilah penempaan mental, logika, jati diri, nalar dan sebagainya berada tanpa mengenal ruang dan waktu. Tetapi kaderisasi formal yang merupakan bagian dari proses kaderisasi juga tidak dapat ditinggalkan. Dalam pentahapan kaderisasi dibagi menjadi 7 tahapan yaitu :
1. Pra-MAPABA
Disinilah awal mahasiswa baru dikenalkan dengan yang namanya PMII atau jika perlu malah calon mahasiswa baru bisa diperkenalkan terhadap PMII, tujuan dari pra MAPABA ini adalah bagaimana mahasiswa baru atau calon mahasiswa baru mengenal PMII sebagai oraganisasi ekstra kampus bervisi keislaman dan keindonesiaan, cara yang bisa dilakukan dalam proses ini yaitu dengan pendekatan personal terhadap mahasiswa baru atau calon mahasiswa baru tersebut, ada beberapa momentum yang dapat dimanfaatkan dalam proses pendekatan personal ini, salah satunya adalah ketika penyambutan mahasiswa baru ketika pertama kali masuk ke kampus UNEJ. Untuk calon mahasiswa baru sendiri bisa memanfaatkan ujian masuk perguruan tinggi dengan mengadakan program kerja seperti Try Out ke sekolah-sekolah. Disinilah proses pengenalan PMII lewat pendekatan personal dilakukan.
2. MAPABA (kaderisasi formal)
Masa Penerimaan Anggota Baru ini merupakan pintu awal mahasiswa baru untuk menjadi anggota PMII dan menjadi ajang proses doktrinasi bahwa PMII merupakan satu-satunya organisasi ekstra kampus yang menjadi pilihan tepat dalam pengembangan character building mereka. Hal yang harus diperhatikan dalam proses ini adalah target bagaimana seluruh peserta yang berikrar menjadi anggota PMII benar-benar terdoktrin bahwasannya PMII adalah organisasi yang tepat.
3. Pasca MAPABA (Kaderisasi informal dan non formal)
Follow up dari MAPABA ini benar-benar mampu tersistematis dengan baik, artinya disini pengurus rayon sebagai penanggung jawab formal terhadap kaderisasi mampu membuat schedulle kaderisasi dengan terlebih dahulu mengklasifikasikan karakter-karakter kader, mengklasifikasikan kader dalam formulasi kanalisasi kader dengan kerangka komunitas imajiner (pribadi berprinsip/kader basis, agamawan muda liberatif, intelektual organik, pekerja sosial transformatif, politisi ektra parlementer, profesional populis, pekerja budayawan transformatif) dan adanya Progress Report kader dalam proses berkiprah dan berorganisasi di PMII. Bentuk kegiatan yang bisa dilakukan bisa berupa aktivitas akademis (tentir sebelum ujian, bank soal, pengadaan buku-buku akademis dan sebagainya), aktivitas sosial (bakti sosial, problem solving terhadap lingkungan sekitar dsb), aktivitas keagamaan (yasin-tahlil, sholat berjamaah, pengajian, dsb), aktivitas pengembangan kader (diskusi formal dan informal, pelatihan, kajian-kajian dsb), aktivitas organisatoris (kepanitiaan, distribusi intra kampus, pengurus rayon). Yang patut ditekankan dalam hal ini adalah tidak memaksakan kepada anggota akan hal yang tidak disukainya tetapi lebih menekankan kepada kebutuhan anggota akan kemampuannya.
4. PKD
Merupakan kelanjutan dari MAPABA dimana lebih ditekankan pada penanaman nilai-nilai dan penguatan akar militansi anggota, lulusan dari PKD ini biasa disebut Kader Mujahid yaitu kader yang mampu mengorganisasi suatu kelompok.
5. Pasca PKD
Follow up dari PKD ini bisa diwujudkan menjadi dua kegiatan yaitu kegiatan berupa pelatihan-pelatihan yang terbagi dari basic keilmuan yang ada, semisal untuk kader PMII Rayon Ekonomi adanya pelatihan penelitian ekonomi, pelatihan kewirausahaan, Training of Trainer (TOT) dsb serta kegiatan aplikatif yang merupakan tindak lanjut dari kegiatan pelatihan tersebut yang akarnya pengabdian terhadap masyarakat.
6. PKL
Disini Kader sudah mulai dibangun dalam pengembangan keilmuan dan ketrampilan yang di arahkan kedalam pilihan gerak masa kini dan masa depan. Artinya kader pasca PKL diharapkan bisa menjadi aktor intelektual perubahan di lingkungan masing-masing.
7. Pasca PKL
Titik tekan dari kegiatan pasca PKL hanya menjadikan kader sebagai aktor intelektual atau konseptor terkait dalam pengawalan proses perubahan sosial di tengah masyarakat, selain itu juga sebagai media distribusi kader pada tingkatan wilayah/ PKC (Pengurus Koordinator Cabang) PMII maupun nasional/ PB (Pengurus Besar) PMII.

Tahapan- tahapan di atas hanya sebagai lingkar gerak pemahaman dan penyadaran akan pentingnya merevitalisasi ruang aplikatif dari sistem kaderisasi yang ada, terutama menjelang permusyawaratan tertinggi di PMII Rayon Ekonomi UNEJ yaitu Rapat Tahunan Anggota Rayon (RTAR). Dan ini bisa dijadikan referensi kita bersama untuk saling berdialektika merumuskan format kaderisasi yang lebih baik lagi di rayon tercinta kita ini, sebelum forum yang luar biasa tersebut hadir di tengah-tengah kita.

0 komentar:

Posting Komentar